Mereka bagaikan lilin menyala, rela terbakar demi menerangi kegelapan. Mereka tak pernah tahu apa itu penghargaan, imbalan materi. Yang mereka tahu hanyalah diri mereka dibutuhkan untuk keselamatan orang lain. Yang mereka tahu dan mereka benar-benar sadari, hidup mereka akan berakhir 'tepat' disaat mereka memutuskan tindakannya, disaat mereka rela mengorbankan nyawanya sendiri demi orang lain yang tak pernah mereka kenal.
Sahabat anehdia.blogspot.com, 9 kisah nyata pengorbanan diri untuk orang lain ini mampu menguncang emosional bagi siapapun yang membacanya, mereka bukanlah pahlawan terkenal, mereka bukanlah superhero seperti dalam cerita fiksi. Mereka hanya orang biasa yang mampu mengubah hidup orang lain menjadi luar biasa dengan mempertaruhkan 'nyawa' mereka sendiri. Tragis, dan sedih saat kita mendengar kenangan kisah mereka.
Masih ingatkah kamu dengan insiden kecelakaan kereta api di bintaro? Dimana terjadi tabrakan maut antara kereta api dengan dengan truk pengangkut bahan bakar bensin. Korban meninggal dalam tragedi tersebut dinyatakan 3 petugas KRL dan 4 penumpang. Padahal jumlah korban tewas bisa saja jauh lebih banyak, bahkan seluruh penumpang. Ini semua karena tindakan heroik para petugas kereta api. Detik-detik sebelum terjadinya tabrakan maut, salah satu petugas KRL keluar dari kabin Masinis.
Sambil berlari ia berteriak kepada seluruh penumpang agar segera kabur ke arah gerbong belakang. Setelah melakukan tugasnya, ia bukan ikut menyelamatkan diri bersama para penumpang. Justru ia balik ke kabin masinis untuk membantu ketiga temannya yang sedang mencoba menghentikan laju kereta.
Tapi naas kereta memang tak bisa berhenti dengan jarak yang terlalu dekat, meskipun tuas rem sudah digerakkan. Mereka pun harus ikut menjadi korban dalam insiden tersebut bersama 2 penumpang lainnnya. Sahabat anehdia.blogspot.com nama-nama masinis pahlawan yang rela mengorbankan nyawa mereka, demi tugas dan tanggung jawab pekerjaan adalah Sofyan Hadi, Darman Prasetyo dan Agus Suroto.
Letnan John Robert Fox adalah seorang perwira muda yang tewas saat memimpin pasukan Amerika Serikat untuk bertahan dari Serangan tentara Jerman di Sommocolonia, sebuah kota kecil Italia Utara. Saat itu John bersama pasukannya kalah jumlah dengan tentara Jerman. Akhirnya John beserta pasukannya mencoba mundur dan bertahan di dalam gudang perbekalan senjata. Musuh pun mencoba untuk mendesak masuk kedalam markas persembunyian.
Entah apa yang dipikirkan oleh John, ia pun segera menyuruh semua prajuritnya untuk pergi meninggalkan dirinya sendiri di dalam gudang. Ketika hampir semua pasukan Jerman masuk kedalam gudang, John pun meledakkan semua amunisi perbekalan senjata. Musuh-musuhnya termasuk dirinya sendiri pun ikut tewas.
Tapi pengorbanan yang dilakukan oleh John berhasil membuat kemenangan bagi pasukan Amerika Serikat. Pasukannya yang disuruh pergi akhirnya balik kembali setelah mendengar suara ledakan bom dan mereka mengepung sisa-sisa pasukan Jerman. Atas pengorbanan John Robert Fox, pemerintah memberikan penghargaan Anumerta, Medal of Honor pada tahun 1997 untuk mengenang kisah heroiknya dalam perang dunia ke II.
Tabrakan kapal perahu besar SS Mont-Blanc asal Perancis dengan kapal Norwegia SS imo yang sama-sama memuat amunisi senjata berbahan peledak tinggi, membuat sebuah ledakan besar yang menyambar kapal-kapal yang sedang berdemaga di pelabuhan. Begitu dahsyatnya insiden yang diperingati sebagai ledakan halifax, sampai jalur darat terkena imbasnya. Saat itu Vincent Coleman, seorang operator lalu lintas kereta api sedang bertugas.
Pos tempat ia berjaga tak jauh dari lokasi kejadian, ia pun tetap bertahan di tempatnya dan segera memberikan tanda kepada setiap kereta yang akan melewati tempat tersebut agar segera menghentikan lajunya. Meski tak ada satupun kereta yang menjadi korban dalam insiden tersebut, namun malangnya Vincent harus tewas akibat terkena ledakan yang menyambar ke tempat pos ia berjaga.
Insiden kecelakaan terjadi pada sebuah pesawat penerbangan Florida Flight 90 yang jatuh menerjang sebuah danau yang membeku tepat di tengah dinginnya badai salju. Semua penumpang dinyatakan tewas, terkecuali enam orang yang masih berusaha untuk bertahan hidup. Selang waktu 20 menit kemudian, sebuah helikopter penyelamat didatangkan untuk menyelamatkan mereka.
Para Tim Evakuasi melempar sebuah life ring kepada seorang penumpang bernama Arland Williams. Anehnya, ia tak segera memakainya, tetapi malah memberikan life ring tersebut pada penumpang di sebelahnya dan menyuruhnya segera naik ke atas, demikian seterusnya ia lakukan berulang-ulang.
Life ring yang dilemparkan team penyelamat diberikannya pada setiap penumpang yang berhasil selamat bersamanya. Namun, saat tiba waktunya menjemput Arland, ia ternyata telah tewas karena kedinginan. Sungguh tak pernah dapat dibayangkan betapa mulia perbuatan yang dilakukan oleh Arland.
Pengepungan di Kota Leningrad, Rusia oleh Invasi Jerman Nazi saat terjadinya Perang Dunia ke II menyebabkan lebih dari 1 juta rakyat rusia mati kelaparan. Meskipun sesungguhnya, masih ada 12 orang ilmuwan yang bisa saja selamat dan tidak mati kelaparan sebab di laboratorium bank benih Pavlovs tempat mereka bekerja terdapat banyak sumber pangan makanan.
Mungkin terdengar aneh, faktanya mereka lebih memilih untuk mati saja. Sebab, alasannya karena benih-benih tersebut memang disimpan demi masa depan generasi Rusia berikutnya agar terjamin hidupnya.
Ada sebuah kisah heroik dari seorang pria bernama Richard Rescorla saat terjadinya serangan teroris pada 11 september 2001 silam. Sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan keamanan di Morgan Stanley, Richard harus memastikan semua orang yang ada di gedung selamat. Ia selalu melakukan pengecekan sendiri soal keselamatan gedung.
Dan ketika gedung di dekat Richard dibom, ia dengan tenang mengarahkan orang-orang di gedung tersebut untuk keluar satu persatu. Ia tidak bergegas turun dan masih memastikan apakah semua orang di gedung sudah keluar, hingga akhirnya ia tewas sendiri di gedung tersebut. Meski ia harus mengorbankan nyawanya sendiri, tapi apa yang telah ia lakukan telah berjasa dalam menyelamatkan ribuan jiwa. Terhitung 2500 orang berhasil dievakuasi.
Benar kata orang, ikatan persaudaraan jauh lebih kuat dari ikatan apapun di dunia ini. Bila istri atau suami bisa menjadi 'mantan' untuk saudara tidak mengenal istilah tersebut. Adalah seorang kakak bernama Ryan Arnold yang bergegas melakukan check medis demi mengetahui apakah livernya bisa ditransplantasi demi menolok adiknya, Chad.
Ketika hasil cek menunjukkan bahwa ia adalah donor yang tepat, livernya bisa digunakan oleh adiknya. Dan operasi pun dilakukan, Ryan sadar sepenuhnya bahwa nyawanya telah dipertaruhkan. Ia bisa saja tewas di tengah operasi, namun ia tidak takut sedikitpun dan tetap meneruskan niatnya.
Malangnya, Ryan Arnold meninggal saat operasi berlangsung, namun Chad sang adik berhasil selamat berkat transplantasi dari liver kakaknya. Kasih sayang Ryan begitu besar untuk sang adik, pengorbanan yang ia lakukan semata hanyalah untuk melihat adiknya bisa hidup bahagia dan meneruskan hidupnya.
Bencana Tsunami Dahsyat melanda negeri Jepang pada tahun 2011 silam. Di suatu lokasi, Takeshi Miura dan Miki Endo sedang bekerja di divisi penanggulangan bencana. Ia bertugas memperingatkan penduduk akan datangnya tsunami, dan menggiring penduduk agar pergi ke lokasi yang aman.
Malangnya, Takeshi dan Miki harus terjebak di pos penjagaan mereka, mereka tetap bertahan agar bisa memberikan peringatan pada penduduk, bahaya tsunami yang akan segera terjadi. Benar saja, bencana itupun datang, dahsyatnya gelombang setinggi 10 meter menghantam pos penjagaan dan menewaskan keduanya seketika.
Takeshi dan Miki adalah contoh suri teladan yang rela mati demi menjalankan tugasnya, tanpa takut dan bergeming mereka tetap menjalankan apa yang harus dilakukan demi menyelamatkan banyak nyawa orang lain.
9. Kisah Kepahlawanan Prof. Dr. Liviu Librescu
Liviu Librescu 76 tahun, adalah seorang Profesor keturunan Yahudi yang berasal dari Rumania. Ia adalah pahlawan yang menyelamatkan nyawa para mahasiswanya pada tragedi pembantaian Virginia Tech April 2007 lalu.
Insiden penembakan Universitas Negeri Virginia, Amerika Serikat yang dilakukan oleh mahasiswa sakit jiwa bernama Cho Seng-Hui telah menewaskan 32 orang termasuk 1 korban mahasiswa dari Medan, Indonesia. Saat terjadinya letusan tembakan, tempat kelas Profesor Liviu mengajar berada tidak jauh dari lokasi.
Menyadari akan datangnya bahaya sang Profesor segera menyuruh para mahasiswanya untuk tiarap di sudut ruangan, sementara ia sendiri menahan gagang pintu kelas agar Cho Seng-Hui tidak bisa memasukinya. Usahanya berhasil mahasiswa sakit jiwa itu tidak jadi masuk kedalam kelas, meski ia menembaki terus ke arah pintu.
Malangnya, lima butir peluru bersarang di tubuh sang profesor termasuk di bagian kepalanya. Dalam keadaan sekarat pun ia masih tetap saja menahan pintunya demi menyelamatkan semua mahasiswanya. Sebuah kisah pengorbanan diri demi nyawa orang lain yang luar biasa, mampu diberikan oleh seorang dosen yang begitu mengasihi anak-anak didiknya.